SELEBRITI UPDATE

Gunung Merapi Meletus

Mendobrak Fobia Jilbab Bersama Wine

Posted on Jan 8, 2009 and filed under . You can follow any responses to this entry through theRSS 2.0 . You can leave a response or trackback to this entry from your site

 
Mendobrak Fobia Jilbab Bersama Wine

Wine Dwi Mandella. Nama gadis ini mengingatkan pada mantan istri tokoh
Pejuang diskriminasi rasial di Afrika Selatan. Gadis inipun gigih
Melawan
Diskriminasi yang dialaminya di Rumah Sakit Mitra Keluarga Bekasi Barat,
Jawa Barat. Bukan diskriminasi rasial, memang, tapi diskriminasi
Mengenakan pakaian sesuai hati nurani: jilbab.

Apa yang dialami Wine bukan terjadi pada era 1980-an, ketika cengkeraman
Islamophobia masih kuat. Wine justru mengalami perlakuan itu pada 2008,
Ketika Islamophobia telah lama mundur dari pentas; ketika karyawati
Berjilbab sudah menjadi pemandangan biasa.

Kisah malang yang menimpa Wine terjadi tujuh bulan lalu. Ketika itu,
Perawat di Bagian Fisioterapi, Departemen Rehab Medik, RS Mitra, ini,
Masuk kantor mengenakan pakaian dinas yang dilengkapi jilbab Dan manset.
''Saya absen pukul 08.00 WIB. Pukul 09.00, saya dipaksa membuat surat
Pengunduran diri,'' tutur gadis 26 tahun ini, getir.

RS Mitra menganggap gadis berusia 26 tahun ini melanggar peraturan
Perusahaan pasal 17 ayat 4.2 yang isinya: ''Memakai pakaian seragam
Kerja
Yang telah ditetapkan berikut perlengkapannya yang sesuai dengan
Perlengkapan di unit kerja masing-masing. ''

Wine sempat bersitegang dengan Manager HRD RS Mitra, E Setyodewi. ''Saya
Menggunakan pakaian seragam kerja. Hanya saya tambahkan manset warna
Kulit, serta jilbab warna rambut (hitam), agar tidak terlalu mencolok,''
Katanya.

Tapi, Wine mengaku terus ditekan. ''Dewi bicara dengan Mata melotot,
Berkacak pinggang, Dan sambil menggebrak meja dia mengancam akan
Mem-black
List nama saya dari seluruh rumah sakit di Jakarta.''
Wine kemudian dipaksa membuat surat pengunduran diri. ''Saat itu saya
Membuat surat pengunduran diri dengan alasan dikeluarkan karena tidak
Boleh menggunakan jilbab saat bekerja,'' katanya kepada Republika di
Rumahnya, di bilangan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Tapi, Setyorini menilai pernyataan Wine terlalu ekstrem. Wine kemudian
Diminta membuat surat pengunduran diri tanpa disertai alasan. Wine
Menolak. Dia meninggalkan tempat itu usai meninggalkan kartu pegawai,
Kartu HMO (kartu berobat), Dan kunci loker yang dirampas.

Selanjutnya, RS Mitra mengirimkan surat beberapa kali ke rumah Wine,
Diakhiri dengan surat keputusan bahwa Wine dianggap telah mengundurkan
Diri karena mangkir selama lima Hari kerja tanpa keterangan. ''Sudah
Jelas
Ini permainan pihak rumah sakit, karena mereka tidak mau melakukan
Pemecatan pada karyawannya, '' kata anak kedua dari empat bersaudara ini.

Buka-pasang
Wine menjadi karyawan RS Mitra sejak 2004. Dia mulai mengenakan jilbab
Pada 2005. Karena RS Mitra melarang perawatnya berjilbab, selama tiga
Tahun dia hanya mengenakan jilbab saat berangkat Dan pulang kerja.
''Batin saya terus bergolak, namun tak berani melawan,'' kata Wine.

April 2008, Wine menunaikan ibadah umrah bersama keluarga. Saat itulah,
Wine mendapatkan ketetapan hati untuk berjilbab dalam segala keadaan.
Tapi, baru satu Hari mengenakan jilbab, vonis pun jatuh.

Diperlakukan tidak adil, Wine mengontak Tim Pengacara Muslim (TPM).
Anggota TPM, Budi Santoso, menilai RS Mitra tidak adil. ''Mereka tidak
Mau
Memecat karyawan karena tidak ingin namanya jelek di Mata masyarakat
Yang
Mayoritas Muslim. Atau, bahkan enggan memberi pesangon,'' kata Budi.

Kepala Disnaker Kota Bekasi, Agus Darma Suwandi, mengatakan RS Mitra
Telah
Menerapkan aturan yang bertentangan dengan UU Ketenagakerjaan. Dia
Menilai, Wine telah memenuhi ketentuan berseragam di RS itu, meski
Ditambah jilbab Dan manset. ''Lagi pula, tidak Ada aturan spesifik
Pekerja
Dilarang mengenakan jilbab,'' kata Agus.

Kendati merasa mulai enggan kembali bekerja di RS Mitra, dia kini ingin
Memperjuangkan sesuatu yang melebihi kepentingannya. ''Teman-teman ingin
Berjilbab, namun mereka takut. Saya kasihan melihat kebebasan Kita
Diinjak-injak. Maka, saya memutuskan untuk berjuang bagi mereka,'' kata
Wine.

Ayah Wine, Ridwan Santoso, mengaku akan terus memerkarakan masalah yang
Menimpa Wine hingga RS Mitra mengizinkan karyawannya berjilbab. ''Kami
Dizalimi. Pihak RS sangat arogan. Kami akan terus berjuang demi tegaknya
Kebenaran,'' kata Ridwan.

Sampai pekan lalu, Setyodewi tetap berkeras bahwa Wine-lah yang
Mengundurkan diri karena tak dapat mematuhi aturan perusahaan. Setyodewi
Menyatakan Wine akan kembali diterima bekerja di Grup RS Mitra dengan
Berjilbab. ''Maka, permasalahan kami anggap telah selesai,'' ungkap Dewi
Dalam press release, Ahad (30/11).

Ke pengadilan
Kemarin, Senin (10/11), kembali dilakukan pertemuan antara Komisi D
DPRD,
Disnaker, Wine, TPM, Dan RS Mitra. Sedianya, pertemuan itu menjadi
Pertemuan pamungkas. Tapi, kasus ini malah berlanjut ke Pengadilan
Hubungan Industrial.

Pengacara RS Mitra, Sonny Martakusuma, mengatakan kasus Wine hanya
Masalah
Persepsi. ''Pihak Wine merasa di-PHK, sedangkan RS Mitra menganggap Wine
Resign,'' katanya. Dia menilai masalah tersebut murni masalah
Ketenagakerjaan, bukan diskriminasi.

Mengenai penerimaan Wine untuk kembali bekerja, Sonny menjelaskan bahwa
Jabatan lama Wine di RS Mitra sudah diisi orang lain. Wine, kata dia,
Akan
Dipekerjakan kembali --dengan mengenakan jilbab Dan manset-- di
perusahaan
lain yang juga satu grup dengan RS Mitra. Perusahaan tersebut bergerak
di
bidang penyedia kebutuhan rumah sakit mitra grup, yaitu PT Estetika
Interpresindo.

Menurut Sony, Wine akan tetap menerima gaji dan seluruh fasilitas,
termasuk promosi, seperti sediakala. ''Mutasi ini tidak ada hubungannya
dengan jilbab,'' katanya. Sonny juga mengatakan RS Mitra hanya
membicarakan Wine, dan bukan pekerja lainnya.

TPM dan Wine menolak tawaran itu. Budi Santoso meminta Wine dipekerjakan
kembali sebagai karyawan Bagian Fisioterapi RS Mitra, sesuai
keahliannya.
Selain itu, TPM juga mengatakan bahwa perilaku diskriminatif masih
terjadi
jika pemakaian jilbab hanya untuk Wine.

Thorik A Thalib dari TPM menilai persoalan Wine, mau tidak mau, sudah
berkembang menjadi persoalan keyakinan bersama yang diganggu. Dia
mempertanyakan motif RS Mitra yang terkesan memperpanjang persoalan.
''Sepertinya RS Mitra beriktikad abu-abu.''

Tarik-ulur yang dilakukan RS Mitra tersebut membuat persoalan Wine
memang
bukan persoalan pribadi lagi. Kini, mulai bermunculan solidaritas
membela
hak-hak berjilbab. Kemarin, puluhan orang yang mengatasnamakan diri
Forum
Peduli Jilbab (FPJ), melakukan aksi. Mereka menuntut RS Mitra
Memperbolehkan tenaga kerja memakai jilbab.

Kadisnaker Bekasi, Agus Darma Suwandi, menyatakan mutasi tidak boleh
dilakukan agar karyawan tidak kerasan dan keluar dari perusahaan.
''Seragam itu wajib, jilbab itu hak, jadi seharusnya RS Mitra
memerhatikan
hak seluruh pekerjanya,' ' tandas Agus. c88

Sumber: Koran Republika, Selasa, 11 Nopember 2008 > Berita Utama
FREE Animations for your email - by IncrediMail! Click Here!

0 Responses for “ Mendobrak Fobia Jilbab Bersama Wine”

Leave a Reply

Jangan Meninggalkan Komentar yang mengandung unsur SARA, karena akan dihapus oleh Admin, Terima Kasih

Recently Commented

Recent Entries

Photo Galery